Kamis, 11 Juli 2013

Konspirasi Menggulingkan Mursi Digerakkan Mubarak dari Penjara Turra


KAIRO - Salah bila ada orang mengatakan bahwa Presiden
Mursilah yang mengangkat As-Sissi menjadi menteri
pertahanan. Karena pengangkatan As-Sissi adalah salah satu
syarat ketika menggulingkan Thanthawi, menteri pertahanan
sebelumnya.
Ketika menggeser Thanthawi dan Adnan, sebenarnya Presiden
Mursi tidak menguasai militer dan Dewan Militer sepenuhnya.
Oleh karena itu, Mursi tidak bisa memilih pemimpin militer
yang pantas memimpin. Sehingga yang terjadi adalah saling
tawar-menawar dengan anggota Dewan Militer, yang akhirnya
menyetujui turunnya Thanthawi dengan pengganti dari
mereka, yaitu Abdul Fattah As-Sissi. Saat itu Presiden tidak
bisa menolak, apalagi beliau menganggap bahwa saat itu
adalah masa transisi untuk sedikit demi sedikit mengakhiri
kekuasaan militer.
Para pengamat menilai bahwa pengangkatan As-Sissi sebagai
menteri pertahanan adalah skenario dari Mubarak yang
menjalankan perang dari penjara. Mubarak memandang
bahwa Thanthawi sudah gagal dalam memimpin militer, hal
yang terindikasi dengan yel-yel demonstran "Jatuhlah
pemerintahan militer". Dengan demikian, tidaklah mungkin
bisa dia menggalang kekuatan massa yang besar melawan
Ikhwanul Muslimin.

Thanthawi Mengumumkan Kemenangan Mursi sebagai
Presiden

Kemenangan Mursi adalah pukulan yang sangat berat bagi
rezim Mubarak. Mereka ingin Syafiqlah yang memenangkan
pemilu, apapun konsekwensinya. Sedangkan Thanthawi
menyerah dengan hasil pemilu, dan khawatir kondisi Mesir
semakin kacau tak terkendali. Saat itu, demostran juga sudah
berkumpul dalam jumlah yang sangat besar di Bundaran
Tahrir. Oleh karena itu, Thanthawi mengumumkan
kemenangan Mursi sebagai presiden.

Pemimpin Dewan Militer Tetap Loyal dengan Mubarak

Setelah pengumuman kemenangan Mursi, Mubarak langsung
memutuskan untuk mengganti Thanthawi, dengan akses para
pemimpin Dewan Militer yang masih loyal kepadanya.
Mengingat masih banyak pemimpin Dewan Militer yang lebih
loyal kepada Mubarak daripada kepada pemimpin mereka,
Thanthawi.
Para pemimpin militer tersebut mendatangi Presiden Mursi.
Mereka melaporkan bahwa militer sudah terlalu jauh terjun
dalam politik. Hal ini sedikit-banyak telah menurunkan
kemampuan tempur mereka. Apalagi ketika Thanthawi
memimpin, militer menjadi musuh banyak sekali kekuatan
politik. Mereka mengusulkan, militer menarik diri dari politik
dan mengganti Thanthawi. Mereka meyakinkan dan menjamin,
militer tidak akan memprotes penggantian tersebut, dengan
syarat yang menggantikannya adalah Abdul Fattah As-Sissi.
Karena As-Sissi masih muda dan memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kembali performa militer yang hilang dalam
masa transisi.
Sebenarnya Presiden Mursi tidak yakin dengan usulan mereka.
Tapi beliau akhirnya menerimanya mengeluarkan militer dari
politik. Dalam benaknya, Mursi pun ingin segera mengganti
As-Sissi dengan seorang pemimpin baru yang bisa memegang
amanah kemashlahatan militer Mesir.

Kenapa Harus As-Sissi?

Sebelumnya, As-Sissi adalah pemimpin intelijen militer, dan
orang yang paling loyal kepada Mubarak. Sedangkan Mubarak
sendiri hanya percaya kepada militer.
As-Sissi adalah orang yang bertanggung jawab atas "Perang
Unta" (kejadian penyerbuan sekelompok orang penunggang
kuda dan unta ke tengah-tengah demonstran di Bundaran
Tahrir). Dia orang yang memegang kendali "pihak ketiga"
yang terlibat dalam banyak sekali kerusuhan yang
menjatuhkan banyak korban. Misalnya kejadian Maspero,
stadion Port Said, dan sebagainya.
Kemudian langkah berikutnya adalah As-Sissi berusaha
memperbaiki citranya, mendekati kekuatan-kekuatan politik
yang ada, memastikan loyalitas kalangan Kristen Koptik, Fulul,
dan penggerak revolusi yang tidak mendapatkan porsi
kekuasaan di pemerintahan Mursi.
Lalu dia memulai konspirasi dengan menggunakan kepolisian,
perwira intelijen, dan pendanaan Saudi Arabia dan Emirat.
Dimulai membuat pergolakan-pergolakan, menyebarkan 200
ribu preman, sehingga kondisi keamanan Mesir lepas kendali.
Dalam kondisi ini, rakyat sangat mendambakan keamanan
walaupun dengan imbalan kembalinya rezim Mubarak.
Di sinilah As-Sissi tampil sebagai tokoh penyelamat. Dia
menyelesaikan permasalahan keamanan dengan sangat
mudah dengan kekuatan militer yang super. Di waktu yang
sama, As-Sissi juga menenangkan Presiden Mursi, bahwa
dirinya tidak menginginkan kekuasaan, dan militer akan selalu
melindungi pemerintahan yang sah.

Ultimatum 48 Jam Dan Detik-Detik Menentukan

Sampai tibalah detik-detik yang menentukan. Terjadi
demonstrasi yang sangat besar menuntut Presiden Mursi
mundur. Saat itulah As-Sissi tampil dan mengatakan bahwa
dirinya telah mendengar akan memenuhi tuntutan mereka. Dia
akan memberi Presiden Mursi tenggang waktu 48 jam untuk
menyelesaikan krisis ini, jika tidak berhasil maka militer akan
mengambil alih kekuasaan untuk masa transisi.
Begitu tenggang waktu habis, As-Sissi mengumumkan kudeta
militernya dengan menyampaikan sebuah inisiatif solusi yang
sebenarnya semua butirnya sudah diutarakan oleh Presiden
Mursi, kecuali butir penggulingannya.
Drama ini berakhir dengan menggulingkan dan menahan
Presiden Mursi. Mesir pun masuk kepada kondisi sulit, yang
tidak jelas akhirnya. (sma/dakwatuna)

Tidak ada komentar: