Sabtu, 06 Agustus 2011

"Islam Menenangkan Hati" Mereka yang Memilih Menjadi Muslim di Swedia

Dalam beberapa tahun terakhir, seperti hal di negara-negara Eropa lainnya, Islam berkembang pesat di Swedia. Selain kedatangan imigran Muslim, juga banyak warga asli Swedia yang memeluk Islam. Di negeri ini, nama Muhammad bahkan menjadi nama yang paling populer, sekolah-sekolah untuk muslim mulai didirikan dan banyak orang Swedia yang kini mulai beralih ke makanan halal.
Namun tidak semua pihak senang melihat pertumbuhan Islam yang pesat di Swedia. Khususnya kalangan nasionalis yang dengan segala cara mendiskreditkan Islam, terutama lewat media massa. Mereka juga membuat propaganda-propaganda anti-Islam dan anti-Muslim.
Ole, adalah satu orang Swedia yang masuk Islam, dan sekarang menggunakan nama islami Umar Abdullah. Ia mulai tertarik mempelajari Islam setelah peristiwa serangan 11 September 2001 di AS.
"Saya terkesima menyaksikan kebrutalan serangan teroris pada 11 September 2001. Media massa berlomba-lomba menegaskan bahwa serangan itu dilakukan oleh orang-orang Islam yang terinspirasi dari Al-Quran. Saya jadi bertanya-tanya, buku macam apa yang membuat orang melakukan kekerasan semacam itu," kata Umar yang sebelumnya seorang ateis.
Terdorong rasa ingin tahu, ia pergi ke perpustakaan dan mencari Al-Quran. Ia membaca ayat-ayat dalam Al-Quran yang justru membuat Umar sadar bahwa media massa telah berbohong.
"Alih-alih menemukan hasutan agar orang melakukan kekerasan. Saya menemukan pesan cinta, perdamaian dan rahmat dalam Al-Quran. Kalimat pertama 'dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang' membuktikannya," tutur Umar.
"Saya senang telah menemukan kebenaran, tapi pada saat yang sama saya marah karena selama bertahun-tahun saya tertipu oleh pemberitaan media massa tentang Islam dan Muslim," sambungnya.
Setelah membaca isi Al-Quran, Umar lalu mengunjungi sebuah masjid kecil di Stockholm. Di sana ia belajar agama Islam dan di masjid itu pula ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, Umar memiliki saudara-saudara baru yang seiman, mereka berasal dari berbagai negara dan latar belakang.
Berdasarkan pengalamannya, Umar Abdullah berpesan agar non-Muslim jangan terlalu percaya dengan pemberitaan negatif media massa Barat tentang Islam dan Muslim. Ia menyarankan, untuk mengetahui kebenaran tentang Islam dan Muslim, sebaiknya seseorang membaca sendiri isi Al-Quran.
Selain Umar, ada Cecilia, perempuan Swedia yang mengenal Islam dari teman sekelasnya. Ceritanya berawal saat orang tua Cecilia memaksanya untuk mengambil pelajaran tambahan bahasa Jerman. Di kelas bahasa Jerman, Cecilia bertemu dengan seorang muslimah asal Somalia bernama Shahrin.
Shahrin sangat menarik perhatian Cecilia, karena gadis Somalia itu selalu terlihat sedang membaca buku. Bahkan di jam istirahat, Cecilia melihat Shahrin tak lepas dari buka bacaan. "Buat saya, Shahri sangat menakjubkan. Bagaimana bisa seseorang punya minat baca yang begitu tinggi," ujar Cecilia.
Ia lalu berkenalan dengan Shahrin dan Cecilia baru tahu kalau Shahrin adalah seorang muslim. Ketika ditanya mengapa Shahrin selalu membaca buku, Shahrin menjawab bahwa mencari ilmu pengetahuan adalah kewajibab seorang muslim dan ia mencari ilmu dengan cara banyak membaca.
Cecilia banyak berdiskusi tentang agama dengan Shahrin, yang membuka mata Cecilia tentang ajaran Islam. Sejak itu, Cecilia mulai bergaul dengan muslimah lainnya di sekolah. Ia banyak bertanya tentang Islam pada teman-teman muslimnya itu.
Cecilia mengaku terpesona dengan ajaran Islam, dengan doktrin yang sederhana dan konsep monoteisme yang mendalam. Ia melihat agama Islam memberikan jalan keluar semua masalah dalam kehidupan manusia.
Meski tertarik dengan Islam, Cecilia belum berani memutuskan untuk masuk Islam. Ia melihat kecenderungan masyarakat Swedia yang masih berprasangka buruk terhadap Islam dan Muslim. Cecilia juga mengaku khawatir dengan reaksi orang lain jika ia memutuskan menjadi seorang muslim.
Ketua Dewan Islam Swedia, Helena Benaouoda mengungkapkan, secara umum minat masyarakat Swedia terhadap Islam makin besar. "Banyak yang datang ke pusat informasi kami dan bertanya banyak hal tentang Islam. Bahkan mereka yang menyebut diri mereka ateis dan sedang mencari makna hidup secara spiritual, banyak yang tertarik dengan agama Islam," ujar Helena yang juga seorang mualaf.
Data statistik resmi pemerintah Swedia menunjukkan terdapat 400.000 Muslim di Swedia, 5000 orang diantaranya adalah orang Swedia asli. Helena mengatakan, jumlah Muslim di negerinya kemungkinan lebih besar dari data yang dimiliki negara. (kw/IN/eramuslim.com)


7 Masjid yang Selamat Dari Bencana

Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia. Manusia bergumul dan terus bergumul agar bebas dari bencana. an adapun masjid yang selamat dari bencana, seperti Tsunami, Gempa bumi, banjir bandang, dll.  berikut ini adalah masjid-masjid yang selamat dari bencana Versi "Blog Anak Indonesia" (http://mencoba-sukes.blogspot.com):


1. Masjid Baiturrahman, Aceh



http://faktabukanopini.blogspot.com/

2. Masjid Al-ikhlas, Lhoknga - Aceh

http://faktabukanopini.blogspot.com/

3. Masjid Kobe, Jepang

http://faktabukanopini.blogspot.com/

4. Masjid At Tawhid, Haiti

http://faktabukanopini.blogspot.com/

5. Masjid Al Barkah, Banten

http://faktabukanopini.blogspot.com/

6.  Masjid Jabalurrahman, Mentawai

http://faktabukanopini.blogspot.com/

7. Masjid Al Mujahidin

http://faktabukanopini.blogspot.com/

Minggu, 31 Juli 2011

Ramadhan yang Selalu Dirindukan


Oleh bidadari_Azzam

Bergulirnya waktu, tamu yang dirindukan itu hadir kembali, bulan suci ramadhan, yang bagi setiap orang beriman selalu menjadi penge-charge diri. Cita-cita mencapai target-target di bulan penempaan itu selalu hadir dalam pribadi-pribadi manusia yang menginginkan kecintaan-Nya, ramadhan dihadirkan untuk membentuk manusia yang bertaqwa (sebagaimana yang kita hayati dalam QS.Al-Baqarah [2]: 183).
Ramadhan bulan pembinaan, bulan peningkatan kesabaran, bulan penuh momen indah sebagai kenangan, bulan panen berlipat ganda amalan kebaikan, bulan berbonus-bonus reward-Nya, dan berbagai sebutan hebat lainnya bagi hamba-Nya yang ingat akan akhirat.
Sempat seorang Maimunah bertanya kepada ketua komunitasnya saat rapat penutupan acara bakti sosial ramadhan, “Kak, sebagaimana yang diutarakan Ananda Hasan, Sholeh, dan teman-temannya, mereka merasa ramadhan adalah bulan dambaan, mereka dikirimi makanan, dikasih uang buat beli buku, diajak belajar bersama, mereka senang sekali, namun mereka bertanya ‘cuma bulan ramadhan aja yah, acara bakti sosial buat anak jalanan semacam kami, kak?’, Duh, saya juga ikut sedih mendengarnya. Bisakah saya usulkan agar kita adakan pula acara semacam ini seusai ramadhan, meskipun tidak sering, setidaknya di jadwal liburan sekolah atau beberapa bulan sekali, kita pun punya waktu luang, kan?”, harapan yang sungguh besar, Maimunah menyayangi adik-adik asuhnya,jua para jompo yang mereka santuni, juga sekumpulan eks-TKW, dll, tapi Maimunah juga memahami kesibukan yang luar biasa, aktivitas padat rekan-rekan dan kakak-kakak seniornya membuat mereka ‘hanya’ leluasa berkiprah di bulan ramadhan.
Beberapa seniornya menjawab ide Maimunah dengan jawaban klise, “Inginnya sih begitu, dik. Tapi kita belum bisa melakukan kegiatannya seusai ramadhan, dan memang donatur hanya ramai di bulan ramadhan. Mungkin nanti suatu saat, ide itu bisa kesampaian…”.
Semoga saja suatu hari, ide Maimunah memang berhasil kesampaian, amiin, minimal dilaksanakan oleh pribadinya sendiri. Pada kenyataannya, Islam mengajarkan kepada kita tentang kepedulian, simpati dan empati kepada sesama, namun tak hanya di bulan ramadhan. Justru orang-orang yang gemar sedekah biasanya tak ‘menebar pundi-pundi harta’ menolong sana-sini tatkala ramadhan saja, mereka juga sudah terbiasa melakukan amalan tersebut di sebelas bulan lainnya. Bahkan terbiasa menahan lapar tatkala puasa sunnah, terbiasa mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kesenangan diri sendiri, karena orang-orang mukmin laksana satu tubuh, bila satu dari anggotanya sakit, maka seluruh tubuh turut mengeluh kesakitan dengan merasa demam, lidah kelu tanpa selera makan dan tidak bisa tidur di malam hari.
Sebagaimana wasiat rasul-Nya, Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik radhiyallahu anhu, pelayan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tidak beriman seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya (sesama muslim) seperti ia mencintai dirinya sendiri”, (HR.Bukhari dan Muslim)
Posisi para penguasa negeri yang makin luwes dan ahli ‘menata’ peraturan, kian pintar mengimport bahan makanan dari luar negara manakala subsidi kepada petani maupun peternak malah dilupakan, hal itu membuat para ‘ber-uang’ tambah kaya harta bendanya, sedangkan rakyat jelata kian susah, terjepit kemiskinan dan terlilit utang. Di antara mereka tentunya masih punya asa, terutama di bulan mulia ini, harap-harap pintu hati para penguasa segera terbuka, bertaubat nasuha serta kembali kepada jalan yang lurus, meninggalkan syahwat korupsi dan memperbaiki keadaan rakyat jelata pemberi amanah.
Semua kita tentunya ingin memiliki pemimpin yang mengayomi rakyat, mengencangkan ikat pinggang dan menata peraturan yang berpihak demi maslahat rakyat kecil, memiliki empati dan rasa simpati nan tinggi kepada permasalahan ummat. Sebagaimana sang khalifah Abdullah bin Umar, suatu kisah disampaikan Abu Khubaisy kepada murid-muridnya. Pada suatu hari Abdullah bin Umar, khalifah yang terkenal sebagai pembangun Baitul Maqdis, terserang penyakit. Para asisten beliau sangat mengkhawatirkan umur khalifah karena penyakitnya itu. Ternyata, Allah SWT belum berkenan memanggil beliau ke haribaan-Nya. Khalifah berangsur-angsur pulih hari demi hari.
Setelah kondisi kesehatannya membaik, sang khalifah amat berkeinginan untuk menyantap ikan panggang. Mendengar keinginan itu, para asisten langsung mencari ikan dan memanggangnya. Hidangan ikan panggang yang aromanya begitu harum memikat, meningkatkan selera makan khalifah. Ia ingin segera menyantap ikan lezat.
Pada saat khalifah akan memulai makan, tiba-tiba muncul seorang musafir yang tampak sangat capek dan kelaparan. Serta-merta, (tanpa menunda-nunda) Khalifah Abdullah bin Umar menyuruh asistennya segera mengangkat hidangan yang ada di hadapannya dan memberikannya kepada si musafir. Perintah itu membuat para asistennya protes sebab merasa jerih payah mereka tak dinikmati khalifah. Mereka sangat mencintai sang pemimpin tersebut dan ingin menyenangkan hatinya.
Mereka keberatan kalau makanan itu diberikan kepada musafir tadi. "Hidangan ini dengan sengaja kami buatkan untuk tuan paduka dan sesuai dengan pesanan tuan. Namun, mengapa diberikan kepada musafir itu?", ujar asistennya.
Khalifah menyampaikan penjelasan kepada asistennya mengapa ia tidak jadi menyantap hidangan itu, berharap dimaklumi oleh para asistennya.
"Wahai pembantuku, tahukah kamu bila aku memakan makanan ini, maka sebetulnya itu aku lakukan karena aku menginginkan dan amat menyukainya. Tetapi, bila musafir itu memakannya, itu karena ia benar-benar sangat membutuhkannya. Jadi, sesungguhnya makanan itu lebih berharga bagi dia daripada untukku," katanya. Subhanalloh…
Kalian sekali-kali tidaklah memperoleh kebajikan sehingga kalian menyedekahkan apa-apa yang kalian senangi. Alangkah indahnya keteladanan yang diberikan khalifah bijak tersebut, semoga kita pun dapat kian berempati dan memetik hikmah yang besar tatkala masih memperoleh nikmat-Nya "melepas kerinduan", menjalani ramadhan kali ini, insya Allah.
(bidadari_Azzam, @Krakow, di penghujung malam 28 juli 2011/eramuslim.com)

Peter Gould, Mualaf yang Berdakwah Lewat Seni dan Teknologi Digital


Peter Gould lahir di Sydney, Australia dan menetap di kota itu selama hampir 29 tahun. Minatnya pada dunia seni, khususnya disain grafis, membuatnya menjadi salah seorang seniman disain grafis dan digital level internasional. Klien-kliennya adalah perusahaan-perusahaan besar dan orang-orang terkenal dari seluruh dunia, seperti Yusuf Islam, Sami Yusuf dan Zaytuna College.
Tidak cuma itu, Peter juga sedang membangun usaha busana muslim kontemporer, menerbitkan buku untuk anak-anak dan menjadi konsultan disain bagi kliennya dari berbagai negara. Tapi, yang membanggakan adalah Peter seorang muslim.
Ia mulai belajar Islam pada tahun 2002, ketika ia mulai sering bepergian ke negara-negara muslim. "Saya sangat terinspirasi dengan kota-kota tua seperti Granada, Fes dan Damaskus. Pengalaman itu memperkaya batin saya dan membuka cakrawala bagi dunia kreativitas saya, Alhamdulillah," kata Peter.
Ia mengungkapkan, "Ketika berkunjung dan belajar di negara-negara Timur Tengah, saya jatuh cinta dengan elemen-elemen disain dan tradisinya yang artistik, yang dibangun sejak berabad-abad lalu. Saya memotret banyak hal dan berusaha untuk menyerap detil-detilnya--kaligrafi yang luar biasa, kubah-kubah, ubin, lengkungan dan warna-warna yang cerah-- benar-benar mengagumkan dan inspiratif."
"Saya terdorong untuk memasukkan semua yang saya lihat ke dalam pekerjaan saya dan mengkombinasikannya dengan proyek-proyek disain grafis dan karya seni yang saya buat," sambung Peter.
Ia memuji karya seni islami yang menurutnya memiliki spektrum yang sangat kaya. Peter sangat mengagumi hasil kaligrafi dan disain-disain masjid dari tradisi Cina. "Berbeda sekali dengan Turki dan Andalusia yang bergaya Spanyol. Saya kira, saya sedang memikirkan sebuah disain bergaya Australia!" ujar Peter antusias.
Kekagumannya pada seni disain islami yang mendorongnya mempelajari Islam, membuatnya tak lama-lama untuk segera memeluk Islam. Pada tahun yang sama, tahun 2002, ia memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang muslim.
Ditanya tentang perkembangan seni dan disain di dunia muslim saat ini, Peter berpendapat bahwa generasi muda muslim saat ini haus dengan hasil karya seni dan disai kontemporer yang berkualitas. Masalahnya, tidak banyak generasi muda muslim yang menekuni atau memilih berprofesi di dunia seni kreatif dibandingkan profesi-profesi lainnya.
Untuk itu, Peter mendirikan Creativity & the Spiritual Path, yang mengkordinir berbagai pameran seni karya seniman muslim yang berbakat. Sejauh ini, ia sudah menggelar berbagai pameran di San Francisco, Toronto dan di Sydney. Sambutan masyarakat atas pameran seni itu ternyata luar biasa.
"Saya harap, inisiatif semacam ini akan membantu seniman-seniman muslim agar mendapatkan rasa percaya diri dan penghormatan, seperti yang mereka tahu dalam ajaran Islam," ujar Peter.
Baru-baru ini, Peter meluncurkan proyek barunya yang diberi nama Artizaan, sebuah merek busana muslim, yang menggabungkan inspirasi gaya busana islamic Timur dan Barat.
"Disain produk busana muslim ini mewakili para muslim, seperti saya, bukan mereka yang mengenakan produk CK, Levi atau Gap. Alhamdulillah, proyek ini bisa terwujud berkat kerjasama dengan Artizara di Los Angeles, dan seorang teman saya bernama Haji Noor Deen, ia seniman kaligrafi. Sejauh ini, penerimaan atas produk ini cukup menggembirakan," papar Peter.
Sebelum ini, Peter membantu sejumlah publik figur untuk membuat berbagai disain grafis. Pembuatan sampul album Sami Yusuf, pembuatan situs Zaytuna College dan dan pembuatan disain untuk Yusuf Islam adalah proyek yang paling berkesan untuknya.
"Suatu kehormatan buat saya, bekerja untuk orang-orang inspiratif dan berkontribusi pada perubahan yang positif bagi dunia," tandas Peter. (kw/MV/eramuslim.com)