Senin, 06 Juni 2011

“Hati-Hati, Jika Anak Anda Menjadi Sholih dan Sholihah!”

HARUS kita akui adalah fakta yang tidak terbantahkan bahwa NII KW 9 banyak mentarget korbannya anak-anak muda, khususnya berstatus mahasiswa.
Hanya saja, fakta ini lagi-lagi dimanfaatkan pemerintah melalui awak media untuk menyebarkan "hantu" menyeramkan bernama gerakan Islam radikal kepada para orangtua.
Buktinya, mahasiswa dan kampus kini, dijadikan objek dalam kasus NII KW 9 yang diributkan media dan isu radikalisasi di Indonesia.
Penyebaran "hantu" ini lengkap dengan menyebut ciri-ciri utama di antaranya; mereka yang dituduh gerakan "Islam radikal" biasanya rajin mengaji, membaca al-Quran, mulai mengenakan jilbab bahkan cadar (bagi yang perempuan), rajin ke masjid (bagi yang laki-laki), gemar membela ummat Islam, dan lain-lain yang pada akhirnya menyasar aktivitas-aktivitas keislaman pemuda yang diadakan remaja Masjid dan institusi-institusi dakwah kampus.
Opini ini seolah sengaja dibentuk untuk mengarahkan para orangtua agar memperhatikan aktivitas anaknya seputar kegiatan keislaman kemudian pada akhirnyapara orangtua tanpa sadar memiliki pemahaman yang khawatir jika anaknya menjadi Muslim dam Muslimah yang sholih.
Padahal tak semua ciri itu bisa menunjukkan apa yang ada dalam diri mereka itu radikal.
Media seolah memberikan pesan, bahwa orangtua hanya lebih tenang jika melihat anaknya pulang diantar dengan teman lawan jenis (pacar) daripada anak-anak mereka rajin mengaji, berjilbab atau rajin di masjid kampus. Sebab hal terakhir itu dilakukan, mereka akan mendapat cap radikal dan kelak akan dianggap "teroris".

Wahai para orangtua, Anda tidak perlu terbawa oleh berita media yang hakekatanya "penyambung lidah" pemerintah. Anda harus sadar bahwa ketika anak anda menjadi sholih dan memahami Islam dengan baik berarti anda telah berinfestasi untuk akhirat, mereka akan menolong Anda ketika kematian telah menghampiri.

Memang benar, gerakan NII KW 9 masuk dan menyerbut mahasiswa, namun tak semua mahasiswa/mahasiswi bisa direkrtut NII KW 9. Mayoritas mahasiwa adalah anak-anak cerdas yang paham dan memiliki kecerdasan pemahaman Islam.
Sehingga mereka mampu bertanya atau membantah doktrin-doktrin murahan gerakan semisal NII.

Banyak aktivis mahasiswa tak mampu direkrut NII. Kalau ada korban NII KW 9 yang berjilbab, namun identitas mudah dan gampang dipahami kalangan mahasiswa sendiri. Misalnya, mayoritas anak NII masih menggunakan jilbab yang tidak sesuai ketentuan syariat (alias jilbab gaul). Ini menunjukkan, mereka masih kurang memahami Islam dengan baik. Kepada para orangtua, jangan khawatir jika putra-putri Anda menjadi sholih ditandai dengan rajin mengaji, ke masjid serta aktif dalam kegiatan keagamaan, Anda seharusnya bersyukur memiliki anak yang sholih dan dukung mereka terus untuk semangat mempelajari Islam.
Karenanya, jangan terkecoh statamen pejabat, aparat dan tokoh-tokoh (yang umumnya diback up media) seolah semua aktivis mahasiswa Muslim di masjid-masjid kampus adalah NII KW 9.
Anda juga terkecoh ulanh LSM dan pengamat-pengamat asing yang mendesak melarang aktivis masjid kampus atau merevisi kurikulum agama. Jika Anda terkecoh, maka, Anda telah terperangkat ulah asing yang memang tak ingin Islam hidup dan bergairah di Indonesia.
Jika Anda percaya "hantu" yang telah ditebarkan media, dengan kata lain, Anda telah ikut mengatakan,
"Awas, Jangan Sampai anak-anak menjadi Sholeh dan Sholihah" atau
"Lebih baik dia pacaran dan hidup bebas, asal jangan aktif di Masjid".

Demikian pernyataan Mahasiswa Pecinta seputar fenomena NII KW 9 dan turunannya,semoga dapat mencerahkan umat khususnya dunia mahasiswa. Kepada ikhwah aktifis mahasiswa Islam apapun latar belakangnya, jangan terpengaruh dengan isu-isu penyudutan Islam, lanjutkan perjuangan ini, tetaplah maju dengan dada tegap menghadapi setiap musuh-musuh dakwah Islam.
Salam,
Badan Pengurus Pusat Mahasiswa Pecinta Islam
(hidayatullah.com)

Tidak ada komentar: