Kamis, 09 Juni 2011

Lidah Api Matahari Kacaukan Komunikasi Bumi

Observatorium luar angkasa NASA meneliti sebuah lidah api surya yang tak biasa. Lidah api ini bisa menganggu satelit komunikasi dan listrik di Bumi. Seperti apa?
Ledakan kuat dari matahari melepaskan badai radiasi pada tingkat yang belum pernah terjadi sejak 2006. Menurut National Weather Service (NWS), ledakan ini kemungkinan akan menyebabkan aktivitas badai geomagnetik moderat .
"Lidah api kali ini agak dramatis," ujar program koordinator Space Weather Prediction Center (SWPC) NWS Bill Murtagh. Murtagh menggambarkan lidah api M-2 (menengah) akan mencapai puncak pada 01.41 dini hari waktu setempat (12.41 WIB),Kamis (8/6).
"Lidah api awal tidak begitu besar namun energi partikel radiasi yang mengalir di dalamnya akan menyuntikkan massa besar coronal," katanya. Semua materi akan meledak dari Matahari dan peristiwa ini akantampak cukup fantastis untuk disaksikan, lanjutnya.
Observatorium dinamika matahari NASA menggambarkan lidah api ini sebagai 'visual spektakuler'. NASA juga mengatakan, letusan tersebut tak mengarah langsung ke Bumi namun efeknya akan tetap dirasakan, meski 'cukup kecil'.
"Awan partikel besar akan menjamur dan akan jatuh kembali ke bawah seolah menutupi area hampir separuh permukaan matahari," papar NASA. Murtagh mengatakan, analis cuaca ruang angkasa terus memantau apakah peristiwa ini akan menyebabkan tabrakan medan magnet antara Matahari dan Bumi sejauh 150 juta kilometer.
"Bagian tugas kami adalah, memantau dan menentukan lidah api itu mengarah Bumi. Pasalnya, materi dari ledakan itu merupakan perpaduan gas dan medan magnet," katanya. Dalam waktu satu hari, beberapa material akan jatuh ke Bumi dan menciptakan badai geomagnetik, lanjutnya.
"Kami tak berharap hal ini akan berdampak parah. Namun, hal ini bisa menciptakan badai dengan tingkat sedang". SWPC mengatakan, peristiwa ini diperkirakan menyebabkan tingkat aktivitas badai geomagnetik meningkat dari G1 (minor) hingga G2 (moderat) mulai 1800 GMT (24.00WIB)".
Tiap badai geomagnetik kemungkinan berlangsung selama 12-24 jam. "Radiasi badai matahari berkontribusi signifikan pada proton energi tinggi, seperti peristiwa serupa pada Desember 2006," kata NWS.
Sebanyak 12 satelit dan pesawat ruang angkasa terus memantau heliosfer, dan satuinstrumen pengorbit bulan NASA terus mengukur radiasi dan dampaknya. "Tentunya, selama waktu (dua tahun) misi,peristiwa ini menjadi peristiwa paling signifikan," kata peneliti utama CRaTER Harlan Spence.
Hal ini benar-benar menarik, karena ironisnya, saat sedang melakukan misi ini, awalnya kami akan meluncur lebih dekat ke maksimum matahari saat partikel besar matahari ini biasa terjadi, lanjut Spence.
"Hal ini sangat menarik dan signifikan karena menunjukkan, matahari kembali ke kondisi aktif," lanjutnya. Badai geomagnetic ini bisa menyebabkan gangguan jaringan listrik, satelit untuk GPS dan perangkat lain.
"Bahkan, badai ini bisa mengakibatkan pengalihan jalur penerbangan di daerah kutub," ujar Murtagh. Umumnya, hal ini takakan menyebabkan masalah besar dan masih bisa diatasi, lanjutnya.
"Selama badai radiasi besar ini, beberapa maskapai akan mengalihkan jalur penerbangan menjauhi daerah kutub demi keamanan dan memastikan komunikasi tetap bisa berjalan".
Mereka yang mengoperasikan satelit juga akan mengawasi hal ini. Pasalnya, badai geomagnetik ini bisa mengganggu satelit itusendiri atau menurunkan kualitas sinyal yang bisa diterima penerima.
Saat terjadi badai, Aurora borealis (Northern Lights) dan Aurora Australis (Southern Lights) kemungkinan akan muncul di jam-jam akhir 8 atau 9 Juni, tutup NASA. [inilah.com]

Tidak ada komentar: