Sabtu, 14 Mei 2011

Ada Apa di Balik Munculnya Pro-Zionis Indonesia???

Ada Apa di Balik Munculnya Pro-Zionis Indonesia?
Setelah tertutup pemberitaan karena tiarap sekian lama,publik dikagetkan dengan kemunculan kelompok yang menamakan diri Komunitas Yahudi Indonesia. Kemunculannya tak tanggung-tanggung. Tidak sekadar menyembul setelah menyelam berpuluh tahun, mereka juga berencana menggelar perayaan ulang tahun ke-63 negara zionis Israel.
Wajar bila kemudian respons yang timbul sebagian besar menyesalkan dan kontra. Berbagai organisasi kemasyarakatan dan agama, seperti Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia, dan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), sebagai contoh, langsung menyatakan menentang rencana itu.

Ini persoalan menarik. Pertama, mengapa kelompok ini muncul dan untuk apa? Kalau kemudian seperti dikatakan pemimpin kelompok itu, Unggun Dahana, mereka akan merahasiakan tempat peringatan, tampaknya ini bukan persoalan keinginan untuk melakukan sosialisasi.
Jadi, apa sebenarnya agenda mereka dengankemunculan ini? Tidak adakah pesanan untuk sekadar merecoki negara ini agar terus hingar bingar dan melupakan tujuan esensialnya ke depan? Apakah agar lupa bahwa yang terpenting bukan ramai tak berketentuan, tetapi membangun dan mengisi negara ini dengan karya-karya nyata dan berarti, yang akan bisa mendongkrak posisi dalam percaturan dan kompetisi bangsa-bangsa di dunia?
Kedua, tidakkah kelompok ini dikedepankan hanya untuk membakar dan memanas-manasi suasana? Mengapa harus memperingati HUT Israel bila tak ingin membuat panas kondisi yang ada? Sementara mereka tahu, Israel adalah titik sensitif dalam wacana politik Indonesia.
Masyarakat Indonesia sendiri tahu, menjadi 'ras' yahudi bukanlah dosa. Menjadi yahudi di Indonesia pun tidak otomatis menjadi musuh umat Islam. Mayoritas umat Islam Indonesia, bila tak boleh dikatakan seluruhnya, percaya bahwa dilahirkan dari suku atau ras tertentu adalah amanah Allah. Bukan pilihan yang bisa diminta sebelum lahir ke dunia. Otomatis, Allah pun tak pernah meninggikan satu ras ciptaan-Nya atas ras lain.
Lihalah sejarah Islam, ketika Nabi Muhammad SAW di awal kenabian menyatakan diri sebagai pembaharu, menetapkan kembali agama Ibrahim. Contohnya, seperti halnya Yahudi, muslim pada awalnya menghadap Yerusalem selamashalat dan berpuasa pada hari kesepuluh kalender bulan. Setelah mereka justru memerangi Nabi dan Nabi menerima wahyu,baru arah salat diubah dari Yerusalem ke Mekkah. Itu menandai Islam sebagai alternatif berbeda dari agama Yahudi.
Tetapi penghormatan atas kemanusiaan itu tak berkurang. Dalam Konstitusi Madinah (622-624 M), populasi Yahudi dijamin hak-haknya, juga otonomi budaya dan internal agamanya, termasuk hak untuk melakukan hukum agama Yahudi, sebagai ganti dari loyalitas politik dan kepatuhan kepada muslim.
Jadi yang dimaksud 'yahudi' dalam kitab suci tentu saja bukan yahudi dalam arti 'ras' yang diciptakan setara dengan mongoloid, kaukasoid atau yang lain. 'Yahudi' dalam kitab suci cenderung lebih kepada perilaku yang buruk, yang tega menindas bangsa lain, mengisap tenaga danmartabat manusia lainnya di dunia. Yahudi, adalah mereka yang gemar melakukan exploitation del'homme par home' .
Karena itu, selama mereka hanya menyatakan diri "Bahwa kami ini yahudi", rasanya tak akan ada kelompok Islam mana pun di Indonesia yang gerah. Namun ini lain, mereka datang dengan keinginan memperingati hari lahir negara yang menerapkan doktrin zionis, yang percaya akan superioritas ras mereka dibanding yang lain. Wajar bila berbagai kelompok muslim lain di negara ini merasa teragitasi.
Karena itu, sikap aparat keamanan seharusnya tegas. Mereka ini tak hanya bermaksud menyatakan keberadaan, dan itu sah, tetapi telah beragitasi dan tampaknya menghendaki kekisruhan. Aparat seharusnyamencermati dan menegakkan hukum yang patut buat mereka. [mdr]
(inilah.com)

Tidak ada komentar: