Minggu, 14 Juli 2013

Subhanallah, Muslim Di Wilayah Ini Berpuasa Selama 24 Jam

KIRUNA -- Komunitas Muslim di wilayah
Kiruna, Swedia kebingungan menjalankan ibadah puasa
Ramadan. Lintasan panjang matahari saat Ramadan tiba
yang menjadi soal. Di wilayah utara negeri itu, matahari 24
jam tetap terang seharian hingga tidak memberi kesempatan
pada malam.

''Kiruna tempat paling tinggi di wilayah ini (Swedia). Matahari
tidak pernah terbenam selama beberapa bulan,'' kata seorang
Muslim Kiruna Ali Melhem seperti dilansir On Islam, Sabtu
(14/7).
Laki-laki 45 tahun ini mengatakan waktu puasa yang panjang
tentu membuat dirinya dan muslim lainnya kewalahan.
Melhem tinggal di Kiruna sudah lebih dari 24 tahun. Selama
ini Ramadan tiba saat musim semi.
Tapi, berbeda kali ini. Ramadan tiba saat wilayah dekat Kutub
Utara ini memasuki awal musim panas. Ramadan tiba di
Kiruna terhitung sejak Rabu (10/7) seperti di negara-negara
lain. Melhem memang tetap berpuasa. Namun dia
mengatakan, puasa 24 jam penuh menjadi tantangan yang
begitu berat. Terutama bagi istri dan anak-anaknya. ''Saya
dan istri sudah berkonsultasi dengan ulama-ulama di Iran dan
Iraq,'' kata Melhem.
Konsultasi itu pun tidak memberi jawaban terang. Melhem
memang mengaku menganut Islam Syiah. Para ulama
menyampaikan kepadanya untuk menunda puasa sampai
musim gugur tiba. Sedangkan ulama lain memberi saran agar
tetap berpuasa mengikuti waktu berbuka di wilayah matahari
terbenam yang terdekat.
Petunjuk itu memang ada. Sebagian Muslim Kiruna juga
mengikuti saran ulama itu. Wilayah terdekat dari Kiruna
adalah Lulea dan Umea. Di dua tempat itu, malam diberi
kesempatan untuk muncul. Tapi hanya satu jam. Itu artinya,
puasa di bagian selatan Kiruna mencapai 23 jam.
Dari sembilan juta populasi muslim di Swedia, tercatat sekira
350 ribu diantaranya adalah muslim. Islamic Center di Malmo,
Swedia mengatakan, komunitas muslim tersebut memang
kebanyakan tinggal di wilayah-wilayah tinggi. Musim panas
saat Ramadhan di negeri tersebut, hingga sekarang belum
mendapat penjelasan terang dari pakar agama dan ulama.
Presiden Liga Islam Swedia Omar Mustafa mengatakan,
padahal pendapat ulama mengenai hal tersebut adalah
kebutuhan.Kata dia, persoalan seperti Melhem juga dirasakan
di negera-negara Skandinavia lainnya. Di Finlandia contohnya.
Bagi kalangan Islam Sunni di negara itu memilih mengabaikan
panjangnya hari-hari berpuasa. Mereka mengikuti waktu
berpuasa muslim di Makkah atau di Madinnah, Arab Saudi.
Namun ulama di Arab Saudi malah menolak cara seperti itu.
Presiden Muslim di Finlandia Utara Imam Abdul Mannan
mengatakan, konsultasi para ulama di Tanah Arab itu
menanggapi puasa harus dijalankan seorang muslim menurut
aturan waktu tempat tinggal.
*republika.co.id

Tidak ada komentar: