Kamis, 19 Mei 2011

Sejarah Hidup Muhammad SAW Sang Penerima Wahyu

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Sang Penerima Wahyu

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa golonganberpikir mereka, selama beberapa waktu tiaptahun menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan diberi rezeki dan pengetahuan. Pengasingan untuk beribadah semacam ini mereka namakan tahannuf dan tahannuts .
Di puncak Gunung Nur, sebelah utara Makkah, terletak sebuah gua yang baik sekali buat tempat menyendiri dan tahannuts; Gua Hira. Sepanjang bulan Ramadhan tiap tahun, Muhammad pergi ke sana dan berdiam diri, cukup hanya dengan sedikit bekal yang dibawanya. Ia tekun dalam renungan dan ibadah, jauh dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia.
Muhammad sudah menjelang usia empat puluh tahun. Ia pergi ke Hirahttp://cms.republika.co.id/news/edit/ll2niomelakukan tahannuts. Ia menghadapkan diri kepada Allah dengan seluruh jiwanya agar dapat memberikan hidayah dan bimbingan kepada masyarakatnya yang sedang hanyut dalam lembah kesesatan.
Tatkala ia dalam keadaan tidur dalam gua itu, saat itulah malaikat datang membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya,"Bacalah!"
Dengan terkejut Muhammad menjawab, "Sayatak dapat membaca."
Ia merasa seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya berkata,"Bacalah!"
Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab, "Apa yang akan saya baca."
Seterusnya malaikat itu berkata, "Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan kalam. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya..." (QS Al-Alaq: 1-5).
Lalu ia mengucapkan bacaan itu. Malaikat punpergi. Setelah itu kata-kata sang malaikat terpatri dalam kalbunya.
Tetapi kemudian ia terbangun ketakutan, sambil bertanya-tanya kepada dirinya, apakahgerangan yang dilihatnya? Ia pun cepat-cepat pergi, kembali pulang.
Dijumpainya Khadijah sambil berkata,"Selimuti aku, selimuti aku!"
Ia segera diselimuti. Tubuhnya menggigil seperti terkena demam. Setelah ketakutan ituberangsur reda. Ia bertanya kepada istrinya,"Khadijah, kenapa aku?" Ia kemudian menuturkan apa yang telah dilihat dan dialaminya.
Dengan pandangan penuh hormat Khadijah berkata, "Wahai putera pamanku, bergembiralah, dan tabahkan hatimu. Demi Dia Yang memegang hidup Khadijah, aku berharap kiranya engkau akan menjadi Nabi atas umat ini. Sama sekali Allah takkan mencemoohkan kau. Sebab engkaulah yang mempererat tali kekeluargaan, jujur dalam kata-kata. Kau yang mau memikul beban orang lain dan menghormati tamu dan menolong mereka yang dalam kesulitan atas jalan yang benar."
Muhammad merasa tenang kembali. Ia telah menerima risalah Tuhan yang akan diteruskandan disampaikan kepada umat manusia dengan cara yang lebih baik. Sehingga sempurnalah cahaya Allah, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya.
(republika.co.id)

Tidak ada komentar: