Rabu, 04 Mei 2011

Sekilas Hidup Usamah bin Laden (1), Usamah yang Suka film cowboy

Sekilas Hidup Usamah bin Laden (1), Usamah yang Suka Film Koboi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Usamah bin Ladin adalah sosok yang kontroversial di mata dunia. Bagi sebagian ia adalah teroris tulen yang seakan berhati dingin dan kejam. Tapi bagi sebagian lain, Usamah adalah simbol perlawanan atas hegemoni Amerika Serikat dan Eropa atas kesewenang-wenangan mereka terhadap dunia Islam.
Tak lupa, Usamah juga pernah bekerja sama dengan AS di Afghanistan untuk mengusir Sovyet. Kini setelah dikabarkan tewas dalam penyergapan di Abbottabad, Pakistan, Usamahtetap menjadi sosok yang misterius. Republikamencoba menguliti sedikit kehidupan pribadi Usamah bin Ladin, keturunan konglomerat Mohammed bin Ladin asal Arab Saudi.
Bagaimana masa kecilnya. Apa yang mempengaruhi pergerakan Usamah. Mengambil bahan dari buku pemenang hadiahPullitzer 2007, The Looming Tower karangan Lawrence Right, berikut cuplikan episode-episode kehidupan Usamah bin Ladin. Selamatmenikmati:
Usamah bin Ladin lahir dari rahim Alia Ghanem. Gadis asal Siria yang berumur 14 tahun saat Mohammed bin Ladin memperistrinya di 1956. Saat itu, Mohammed sudah menjadi pengusaha infrastruktur terkenal di Timur Tengah. Proyeknya bertebaran di mana-mana. Di Siria, Mohamed kerap mondar-mandir ke Pelabuhan Latakiya.
Ibu Usamah diboyong ke Arab Saudi. Posisinyasebagai istri keempat. Figur Alia dikabarkan lebih modern dan sekular ketimbang istri Mohamed yang terdahulu. Meski demikian, Alia tetap mengenakan cadar di muka umum.

Usamah lahir di Riyadh pada Januari 1958. Mohammed memberinya nama Usamah yang berarti 'singa'. Selain itu, nama serupa juga nama sahabat Nabi Muhammad SAW. Saat Usamah berumur enam bulan, seluruh keluarga besar bin Ladin pindah ke Madinah, karena Mohamed mendapat megaproyek renovasi Masjid Nabi.
Namun selama remaja, Usamah lebih banyak tinggal di Jeddah. Ia tinggal di kawasan al-Amariyya. Permukiman padat dengan jajaran toko kelontong dan jemuran pakaian jadi pemandangan yang biasa. Saat ini rumah lama Usamah sudah digantikan sebuah masjid. Namun kantor ayahnya, Mohammed yang tepat berada di pinggir jalan nmasih berdiri.
"Ayah adalah sosok yang sederhana dan disiplin. Meskipun dia kaya, dia tidak mengutamakan penampilan. Rumah kami adalah rumah biasa-biasa saja," kenang Usamah.
Usamah mengenang ayahnya mengelola keluarga layaknya mengelola perusahaan besar. Istri dan anak bisa disejajarkan dengandivisi, saking banyaknya. Anak-anak jarang sekali melihat Mohammed, karena ia sangat sibuk. Tapi ketika ia ada di rumah, ia akan mengumpulkan seluruh anak-anaknya di kantornya dan bertanya tentang segala macam hal.
Tiap puasa, kenang Usamah, ayahnya selalu mengumpulkan keluarga besar mereka. Tiap anak mendapat kecupan hangat dan satu koin emas. Namun Mohammed sosok yang pendiam. "Aku pernah membacakan puisi untuknya dan dia memberiku 100 riyal," kata Usamah.
Di rumahnya yang besar, Mohammaed kerap mengundang para sahabatnya untuk mampir dan berbincang. Apalagi saat musim haji. Ia doyan berdebat soal-soal agama. Tak jarang ulama kerajaan ia boyong ke rumahnya untuk sekedar berdebat soal Islam.
Saat usia Usamah empat tahun, Mohammed menceraikan Alia. Alia lantas menikahi salah satu tangan kanan Mohammed yang bernama Mohammed al-Attas. Usamah dan Alia pun pindah rumah, beberapa blok dari rumah besar mereka ke Jabal al-Arab. Tak lama setelah cerai itu, Mohammed bin Ladin meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat.
Di keluarga barunya, Usamah memegang peranan penting. Ia adalah anak tertua. Ibunya melahirkan empat adik, tiga laki-laki dan satu perempuan. Usamah mengurus adik-adiknya dengan tekun. Ia ibarat orang tua ketiga bagi mereka. Tetangga Usamah, Khaled Batarfi, mengatakan ayah tiri Usamah sangat mengandalkan Usamah. "Bila ayahnya punya satu pekerjaan penting, dia pasti minta Usamah melakukannya. Adik-adik Usamah malah sangat takut ke Usamah ketimbang ayah mereka," kata Batarfi.
Batarfi mengingat sosok Usamah kecil sebagaianak yang pendiam, tenang. "Tapi kalau ia marah, sangat mengerikan," katanya. Usamahkecil sangat menikmati menonton televisi. Salah satu film favoritnya di layar kaca adalah film koboi Bonanza dan Fury.
Usamah juga gemar bermain bola. Di musim panas, usai shalat subuh, Usamah pasti sudah ada di lapangan. Batarfi mengatakan, Usamahsebenarnya mampu bermain bola dengan baik, tapi saat di lapangan pikirannya kadang tak fokus.
Di masa sekolah, Usamah diperlakuka berbeda dengan anak-anak Mohammed bin Ladin lainnya. Ketika anak-anak bin Ladin disekolahkan ke Lebanon, hanya Usamah yangmasuk ke sekolah lokal, al-Thagr. Namun sekolah lokal ini sangat bergengsi karena merupakan sekolah anak raja Arab Saudi.
Ahmed Badeeb, guru sains Usamah, mengingat Usamah sebagai anak yang normaldengan kepintaran biasa-biasa saja. Guru lainnya mengatakan Usamah adalah anak pemalu dan takut berbuat kesalahan. Di sekolah ini, Usamah harus mengenakan seragam ala barat, yaitu jaket dan dasi saat musim dingin, serta celana bahan dan kemeja.
Sosok Usamah saat sekolah terkenal karena tingginya dan kerap bergerombol. Namun di antara teman-temannya Usamah yang paling lamban tumbuh kumis dan jenggot. Ketika teman-temannya punya kumis dan jenggot lebat, dagu Usamah malah bersih dari bulu-bulu halus itu.
Red: Stevy Maradona
Attachment includes the note and its objects

Tidak ada komentar: