Minggu, 22 Mei 2011

Paham Radikalisme Agama Bukan Lahir dari Pendidikan Formal

Munculnya tindakan radikal akhir-akhir ini yang ditengarai dilakukan sekelompok orang, tidak selamanya bersumber pada ajaran agama. Mencuatnya istilah radikalisme agama yang sering diarahkan pada Islam dinilai hanya bermaksud memojokkan umat Islam dari orang-orang yang tidak memahami ajaran agama.
"Adalah kesalahan besar jika ada pendapat bahwa radikalisme lahir dari sebuah institusi pendidikan, baik formal maupun nonformal.Karena faktanya tidak satu pun institusi pendididikan, terutama lembaga pendidikan Islam yang memasukan paham radikalisme dalam kurikulumnya," demikian disampaikan Kasubdit Pengembangan Akademik Dirjen Pendidikan Tinggi Islam pada Kementerian Agama DR Muhammad Zain dalam diskusi pendidikan "Membangun Insan Kamil dan Penanggulangan Paham Radikalisme" di kampus Universitas Islam Bandung, Sabtu (21/5).
Zain menambahkan, penelitian yang dilakukan Kementerian Agama sendiri belum menemukan keterkaitan paham radikalisme agama dengan kurikulum di Perguruan Tinggi Islam (PTA). Kalaupun ada mahasiswa yang berpaham radikal, maka itu bisa karena interaksi dengan dunia luar kampus.
Untuk itu Zain berharap, PTI harus memiliki daya tarik dan magnet bagi mahasiswa dalam rangka pengembangan keilmuan Islam, sehingga PTI bisa menjadi baitul hikmah, sebagai tempat tumbuh kembangnya kearifan-kearifan luhur yang bersumber pada ajaran Islam.
"PTI juga harus mampu melahirkan generasi yang berkarakter, bermartabat, dan berwawasan luas, namun berjiwa ulama. Istilahnya intektual yang ulama dan ulama yang intelektual," sambung Zain.
Namun demikian Zain berharap, jika disinyalir adanya kecenderungan ke arah radikalisasai, maka PTI harus merespon dengan melakukan tindakan persuasif, semisal penambahan porsi pelajaran agama atau re-desain kurikulum dan perbaikan metode pengajaran.

Menanggapi adanya rencana sebagian rektoryang akan memasukan kembali pelajaran Pedoman Pendidikan dan Pengamalan Pancasila (P4) guna meminimalisasi tindakan terorisme dan radikalisme di kampus, Muhammad Zain berpendapat lebih baik diterapkan "Pendidikan Berkarakter"saja.
"P4 itu mempunyai sejarah tersendiri dan kalau dibuat "proyek" malah hasilnya kurang bagus juga," ujarnya Pendidikan berkarakter sendiri adalah dengan menampilkan figur teladan tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia, sehingga mahasiswa atau peserta didik mempunyai inspirasi watak mulia sang tokoh.

Rektor Unisba, Prof. DR.Thaufiq Boesori,MS, mengatakan, PTI yang dipimpinnya telah menerapkan pendidikan agama di atas rata-rata. Di Unisba sendiri memberi porsi sampai tujuh semester.
"Bahkan kami masih ada pesantren mahasiswa bagi mahasiswa baru dan pesantren sarjana bagi yang akan lulus," sambung Thaufiq. Namun demikian Thaufiq tidak menampik sinyalemen akan adanya paham radikalisme yang masuk dunia kampus, mengingat tidak ada alat untuk mendeteksi paham atau ideologi seseorang.
Untuk itu dirinya mengajak kepada semua pihak menjalin kerja sama dalam menanggulangi paham radikalisme dalam dunia pendidikan.
(hidayatullah.com)

Tidak ada komentar: