Rabu, 25 Mei 2011

Merasa Universitas Terlalu Mewah, Mahfud MD Lebih Senang Disebut Lulusan Pesantren

Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD menyatakan dirinya lebih suka disebut lulusan "air langgar" (pesantren) dan terlalu mewah jika membanding-bandingkan universitas.
Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) melakukan protes setelah mendengar pernyataan salah satu kader Partai Demokrat (PD) yang menyatakan almamater Mahfud itu lebih rendah dari almamater sang kader PD.
"Saya itu tidak suka menyebut universitas, karena itu terlalu mewah. Saya ini lulusan `air langgar`," kata Mahfud, usai menerima kedatangan mahasiswa S2 Universitas Gadjah Mada (UGM), di Jakarta, Rabu.
Mahfud mengaku dirinya tidak pernah menonjolkan kampus. "Yang menulis UII (Universitas Islam Indonesia-red) itu adalahmedia massa. Saya tidak pernah menyebut lulusan dari mana," katanya.
Ia mengaku mendapat protes dari para mahasiswa UGM karena lebih menyebut lulusan dari UII Yogyakarta ketimbang UGM."Mereka protes, mengapa saya lebih suka sebut lulusan UII saja dan saya jawab itu cuma media yang menyebut," katanya.
Mahfud mengakui bahwa dirinya lulusan UGM, yakni untuk S1 jurusan Sastra dan Budaya, S2 dan S3 Hukum Tata negara. Sedangkan di UII Mahfud menuntaskan S1 jurusan hukum.
"Dan saat ini saya menjadi guru besar di sana (UGM-red). Masa' UGM dibandingkan dengan universitas yang banyak orang sudah tahu kualitasnya," tegasnya.
Bahkan ketua MK ini menyebut dirinya pernah menjadi dosen tamu di universitas di berbagai negara, antara lain Kolombia dan Amerika Serikat. "Saya pernah jadi dosen tamu dan juga peneliti tamu bersama Andi Malaranggeng (Menpora) di Amerika," katanya.
Ia menganggap kader Partai Demokrat tersebut telah melecehkan lulusan UGM. Mahfud juga tidak tahu kenapa mereka menyerang secara personal.
"Saya tidak akan tanggapi serangan ini. Ini saya ngomong karena diprotes mahasiswa," ungkapnya.
Mahfud juga mengungkapkan bahwa alumni dan mahasiswa UGM akan melakukan upaya hukum terhadap pernyataan kader demokrat tersebut karena telah melakukan pelecehan almamaternya. "Itu omongannya anak-anak," tukas Mahfud.
(republika.co.id)

Tidak ada komentar: