Sabtu, 07 Mei 2011

Cerita Lain Tentang TKW di Saudi

Hidayatullah.com --Pemberitaan di media tentang para tenaga kerja wanita yang merantau ke luar negeri sebagai pembantu rumah tangga, terutama Arab Saudi, didominasi kisah memilukan seperti penganiayaan dan pembunuhan. Namun sebenarnya banyak kisah lain yang belum kita dengar, terutama cerita dari warga Saudi sendiri yang menjadi majikan mereka.
Besarnya jumlah pembantu rumah tangga yangmelarikan diri dari majikan menyebabkan banyak masalah yang tidak terkisahkan, termasuk beban malu sosial dan tambahan beban keuangan bagi keluarga Saudi.
"Mempekerjakan pembantu membutuhkan biaya banyak, dengan ongkos hingga 15.000 riyal [sekitar 34,5 juta rupiah]. Ini termasuk biaya perekrutan, tiket pesawat dan visa," kataAbu Faisal, seorang manajer perekrutan TKW di Jeddah.
"Jika pembantu melarikan diri, majikan kehilangan semua uang yang telah mereka keluarkan untuknya."
Ada beberapa alasan pembantu melarikan diri,tapi menurut Faisal, karena kebanyakan dari para pembantu itu serakah dan berusaha mencari pekerjaan di rumah lain untuk menghasilkan uang lebih banyak.
"Banyak pembantu yang melarikan diri dari majikannya begitu ia sampai di Kerajaan [Saudi], karena mereka tahu pasti akan mendapat pekerjaan, sebab orang selalu membutuhkan pembantu," kata Faisal.
"Mereka mengetahui hal ini, dan bahkan merencanakan pelariannya sebelum tiba di sini. Kadang mereka mengaturnya bersama teman-temannya untuk memastikan akan dapat gaji yang lebih baik," tambah Faisal.
"Mereka hanya perlu seseorang untuk merekrut dan membayarkan visa serta tiketnya. Sesampainya di sini mereka mulai mencari-cari pekerjaan dengan gaji yang lebih baik."
Para pembantu yang melarikan diri menuduh majikan sebelumnya melakukan penganiayaan.
"Pembantu saya orang Indonesia suatu kali mengatakan bahwa temannya sedang mencari pekerjaan. Saya memintanya untuk membawanya, agar bisa saya pekerjakan. Ketika ia datang, saya bertanya tentang pekerjaannya terdahulu dan mengapa ia kabur.Dia kemudian mengatakan bahwa majikannya tidak memberikan makanan yang cukup dan tidak membayar gajinya," kata Moneera Al-Qahtani, seorang istri dan ibu rumahtangga.
"Ketika ia mengatakan siapa nama majikannyasaya tahu dia berbohong, karena majikannya adalah sepupu saya. Kemudian saya ketahui bahwa ia bekerja di sana hanya dua hari, sebelum akhirnya melarikan diri," imbuh Al-Qahtani.
Para majikan yang kecewa tidak lagi mau merekrut pembantu dari luar Kerajaan, melainkan mencarinya di dalam negeri.
"Saya tidak akan lagi mengeluarkan uang sebanyak itu, kalau tahu pembantu saya akan kabur dan bahkan membuat saya keluar uang lebih banyak," kata Nahed Ibrahim.
"Sudah beberapa tahun ini saya minta teman dan keluarga untuk mencarikan pembantu. Saya tidak peduli apakah mereka ilegal atau tidak punya iqama [semacam izin tinggal dan bekerja]. Pokoknya saya tahu rumah saya bersih dan gaji pembantu tidak lebih dari 1.000riyal per bulan," papar wanita bekerja itu.
"Saya punya pengalaman buruk dengan para pembantu yang melarikan diri, meskipun saya memperlakukannya seperti putri saya sendiri. Saya tidak tahu mengapa mereka begitu terburu-buru ingin pergi, bahkan ketika saya katakan pada mereka bahwa saya tidak akan menahannya jika mereka nantinya ingin keluar. Saya hanya minta mereka agar memberitahu lebih dulu, sehingga saya bisa mencari gantinya," cerita Nahed Ibrahim.
Salah satu majikan melihat para pembantu itu sebagai ancaman bagi keamanan dan kehidupan pribadi mereka.
"Semua orang di Kerajaan melihat seakan-akan kami ini busuk dan cabul. Sebab mereka pikir para pembantu kami melarikan diri karena kami melecehkannya dan tidak memberikan mereka makanan yang cukup. Mereka tidak tahu bahwa kami yang sebenanrya menderita, karena membiarkan orang asing masuk dan menggeledah rumah kami," kata Khoulud Badr, seorang guru SMA.
"Setelah beberapa tahun, baru saya tahu bahwa pembantu saya bekerja sampingan sebagai pelacur, menawarkan pelayanannya kepada para sopir di lingkungan tempat tinggalkami. Ini sangat menakutkan, karena saya punya dua anak perempuan yang masih muda dan tidak aman meninggalkan mereka sendiri di rumah. Masalahnya menurut saya begini: Bagaimana Anda bisa memastikan bahwa pembantu Anda bukan seorang psikopat atau seorang pembunuh? Kita tidak berpikir tentanghal ini, kita hanya peduli dengan pekerjaannya," tambah ibu guru itu.
Menurut jurubicara polisi Jeddah Letnan Satu Nawaf Al-Buoq, polisi hanya bisa menangkap pembantu rumah tangga yang dituduh melakukan tindak kriminal, bukan melarikan diri.
"Menurut peraturan, polisi tidak diperbolehkan terlibat dalam pencarian para pembantu yang melarikan diri dari majikannya. Kami hanya campur tangan jika si majikan menuduh pembantunya mencuri atau melakukan tindak kriminal lain," papar Al-Buoq. "Kemudian kami menghubungi Departemen Paspor untuk bersama-sama melakukan pencarian terhadap tersangka.
Sayangnya, Arab News yang mengangkat ceritaini (22/4), tidak berhasil menghubungi Departemen Paspor untuk meminta keterangan lebih lanjut.*
Keterangan foto: Kolong Jembatan Kandarah dikenal sebagai tempat tinggal para tenaga kerja wanita yang melarikan diri dari majikannya. Sumber : an

Red: Dija
Attachment includes the note and its objects

Tidak ada komentar: